Ini Bedanya BBM Subsidi dan Non-Subsidi

Tags


Membahas soal kenaikan harga BBM pasti nggak ada habisnya bro-sis, setelah harga BBM subsidi alias premium naik tanggal 18 November 2014 kemarin sebesar Rp 2.000, kericuhan terjadi dimana-mana bahkan bikin warga lain merasa resah.

Seperti biasa nih bro-sis, momen sebelum naiknya harga premium, para pemilik kendaraan bermotor bahkan rela bermalam demi mengisi tangki bahan bakarnya hingga penuh dengan harapan detik-detik terakhir bisa merasakan harga premium sebelum naik.

Tapi suka nggak suka nih, sebenarnya kendaraan bermotor keluaran terbaru sebenarnya dibuat untuk mengonsumsi bahan bakar non-subsidi seperti Pertamax dan Pertamax Plus. Tapi sebelum bro-sis buru-buru mengambil keputusan buat menggunakan BBM subsidi atau non subsidi, yuk pahami lebih jauh perbedaannya... :baru

1. Premium



Bahan bakar Premium punya warna kekuningan yang jernih. Bahan bakar ini merupakan BBM untuk kendaraan bermotor yang paling populer di Indonesia sebab harganya yang paling murah di antara bahan bakar lainnya. Premium merupakan BBM dengan oktan atau Research Octane Number (RON) terendah di antara BBM untuk kendaraan bermotor lainnya, yakni hanya 88. Biasanya digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti mobil, sepeda motor, motor tempel, dan lain-lain. Namun sayang, BBM jenis ini punya kelemahan yang menyebabkan mesin mengalami knocking atau paling sering adalah mesin timbul gejala 'ngelitik'.. :horor

2. Pertamax



Bahan bakar pertamax merupakan produk BBM dari pengolahan minyak bumi yang dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses pengolahannya di kilang minyak. Pertamax pertama kali diluncurkan pada tahun 1999 sebagai pengganti Premix 98 karena unsur MTBE yang berbahaya bagi lingkungan. Pertamax direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi setelah era 90-an, soalnya punya nilai oktan 92. Meski harga jual pertamax lebih mahal ketimbang premium, oktan atau Research Octane Number (RON) yang lebih tinggi dari premium. Pertamax . Hasilnya, tenaga mesin yang menggunakan pertamax lebih maksimal karena BBM digunakan secara optimal. :baru

3. Pertamax Plus



BBM dengan oktan lebih tinggi dari pertamax, Pertamax plus merupakan bahan bakar yang memenuhi standar performa International World Wide Fuel Charter (IWWFC). Pertamax plus adalah bahan bakar untuk kendaraan yang memiliki rasio kompresi minimal 10,5, serta menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbochargers, dan catalytic converters. BBM ini punya keunggulan, bebas timbal dan punya nilai oktan 95. Oktan atau Research Octane Number (RON) yang lebih tinggi ini bisa menerima tekanan pada mesin berkompresi tinggi sehingga dapat bekerja dengan optimal pada gerakan piston. Selain itu, bisa membersihkan timbunan deposit pada fuel injector, inlet valve, dan ruang bakar yang dapat menurunkan performa mesin kendaraan. BBM ini ditujukan untuk kendaraan yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan. :baru 





sumber::https://www.lintas.me/otomotif/other/editor/yuk-pahami-beda-bbm-subsidi-dan-non-subsidi

Lebih Dekat dengan Industri Hulu Migas

Tags

Industri Hulu Migas (Minyak dan Gas) termasuk industri dengan tingat resiko yang tinggi, sehingga berbanding lurus dengan hasil eksplorasi dan eksploitasi yang dihasilkan. Sampai saat ini sektor migas tetap menjadi penyumbang pendapatan negara Indonesia yang terbesar setelah pajak. Sedangkan di sisi lain, ketika harga minyak dunia turun drastis hingga di level terendahnya 47 dollar AS sejak April 2009, dan mulai naik secara bertahap. Apakah dengan turunnya harga minyak dunia akan berpengaruh terhadap roda perekonomian Indonesia, mari kita mengenal lebih dekat industri hulu Migas Indonesia.

REGULASI PEMERINTAH

Pemerintah dalam hal ini SKK Migas sebagai stake holder adalah mengatur rencana penyelenggaraan kegiatan usaha migas seperti dikutip di bawah ini.

Gambar 1. Peraturan Pemerintah
Dari azas dan tujuan sebagaimana di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pengelolaan migas adalah untuk pemanfaaatan sebesar-besarnya demi kemakmuran masyarakat Indonesia.

GAMBARAN UMUM KEGIATAN USAHA MIGAS

Secara umum kegiatan industri migas dapat dibagi menjadi 2, yaitu industri hulu (upstream) dan hilir (downstream). Kegiatan di hulu meliputi survey, eksplorasi, pengeboran, baik oleh struktur terpancang maupun terapung. Jika didapatkan hasil minyak atau gas, selanjutnya adalah kegiatan produksi. Dari produksi ini dapat diangkut oleh kapal pengangkut atau oleh pipa penyalur menuju darat untuk dipisahkan minyak atau gasnya yang nantinya menghasilkan bensin, solar, minyak tanah, dan lain-lain. Bisa juga dari minyak mentah atau barang setengah jadi itu langsung diekspor ke luar negeri dan menghasilkan devisa negara atau dikirim ke kilang pemisahan. Inilah tahap kegiatan hulu. Sedangkan tahap kegiatan hilir adalah. Hasil minyak mentah yang diangkut oleh kapal maupun pipa penyalur dikirim ke kilang minyak(refinery). Setelah menjadi bahan bakar yang siap digunakan maka selanjutnya dapat diekspor ke luar negeri atau didistribusikan dalam negeri. 



Gambar 2. Alur Bisnis Usaha Hulu Migas

Alur bisnis migas ini memang panjang, dan kegiatan hulu yang akan dibahas di sini memiliki potensi resiko yang paling tinggi dan biaya besar. Perlu diketahui bahwa minyak dan gas adalah senyawa carbon fosil makhluk hidup sehingga cadangan-cadangan minyak semakin lama semakin sedikit. Perlu adanya upaya untuk mempertahankan produksinya

TREN CADANGAN MINYAK DUNIA
 "berapa sih cadangan minyak dunia saat ini ? "

Berdasarkan studi oleh Rystad Energy data, bahwa cadangan minyak dunia tahun 1980 - 2010 memiliki tren menurun Data Grafik Global Discovered Reserves (Pencarian cadangan Minyak Global) baik eksplorasi minyak di darat (onshore) maupun di laut (offshore) dengan kedalaman kurang dari 300 m hingga kedalaman lebih dari 1000 m terlihat tren menurun baik dari sumber minyak dan gas di darat maupun di laut.

 
Gambar 3. Cadangan Minyak Global

BERAPA CADANGAN MINYAK dan GAS KITA SEBENARNYA

Melihat dari tren cadangan minyak dunia yang menurun dari tahun ke tahun. Begitu pula dengan Indonesia. Berdasarkan BP Statistical Review 2014 Cadangan minyak Indonesia adalah 3.7 BBO (Miliar Barel) dari sumber yang sama pula, Indonesia memiliki cadangan gas dengan total 103. 3 TCF (trilliun feet kubik). Terlihat cadangan minyak Indonesia ini besar sekali, akan tetapi bagaimana jika dibandingkan dengan dengan cadangan minyak secara global. Cadangan minyak Indonesia yang sebesar 3.7 BBO (Miliar Barel) hanya sekitar 0.2% dari cadangan minyak dunia. Sedangkan cadangan gas Indonesia yang sebesar 103. 3 TCF (trilliun feet kubik) hanya sekitar 1.6% dari cadangan gas dunia.

Materi Presentasi - SKK Migas_Page_31.jpg

Gambar 4. 20 peringkat Cadangan Minyak dan gas Dunia


Di lain pihak jumlah penduduk di Indonesia yang besarnya sekitar 240 juta (sumber Badan Pusat statistik) tidak berimbang dengan produksi saat ini. Peringkat cadangan di atas Indonesia dalam hal cadangan minyak adalah Norway dengan cadangan sebesar 10 miliar barrel serta jumlah penduduk berkisar 8 juta saja.

TREN PEMBIAYAAN


Cadangan minyak dunia yang semakin lama semakin sedikit karena eksplorasi dan eksploitasi. Bagaimana dengan pembiayaan industri Hulu Migas. Berdasarkan Oil and Gas Capital Expenditure Outlook, H1 2012 by Global data mengatakan bahwa kebutuhan akan energi diprediksikan naik hingga 50% selama 30 tahun ke depan. Dalam konteks Pembiayaan kegiatan Hulu Migas meningkat sejalan dengan Permintaan kebutuhan energi. Hanya berselang 1 tahun, yaitu (2012-2013) kenaikan biaya di industri ini mencapai 15, 9 persen. Dari harga untuk tahun 2012 sebesar US$ 1,036 juta dan tahun 2013 US$ 1,201 juta. Lihat Gambar 5.

Materi Presentasi - SKK Migas_Page_08.jpg

Gambar 5. Perkiraan Penanaman Modal MInyak dan Gas


Beberapa variabel kenaikan dalam industri hulu migas berdasarkan sumber Energy Funds Advisors Analysis menyatakan bahwa tren kenaikan biaya untuk periode 2020 adalah pada permasalahan geologi, yaitu pada cadangan minyak itu sendiri yang semakin lama semakin berkurang sehingga akan terdampak pada sektor lainnya. Permasalahan yang dapat mengakibatkan kenaikan biaya industri hulu akibat dari penurunan cadangan minyak adalah lokasi. Perlunya lokasi-lokasi baru karena umur untuk akhir dekade ini telah mencapai usia tua. Sehingga pencarian lokasi sumur perlu dilakukan. Tidak mudah mencari cadangan minyak baru karena membutuhkan teknologi, inovasi yang berbeda, sedangkan riset terus dilakukan.
Penentuan lokasi tidak secara mudah ditemukan. Minyak merupakan sebuah benda yang keluar dari bawah, dengan masa jenis minyak lebih ringan daripada air, begitu juga dengan gas yang masa jenisnya lebih kecil lagi. Secara beurutan massa jenis dan kerapatan senyawanya dari yang terkecil adalah gas -> Minyak -> Air. Sehingga secara otomatis gas akan keluar lebih dahulu selanjutnya minyak. Karena minyak terdapat di antara retakan dan cekungan dalam tanah, Pencarian minyak di dalam tanah maka perlu dilakukan studi ultrasonik, dan seismik dari ledakan. Itu pun hasil penacarian dan setelah dilakukan pengeboran tidak semuanya berhasil. Menurut studi prosentase keberhasilan dalam pengeboran, tingkat keberhasilan dengan adanya minyak atau tidaknya dalam pengeboran adalah sebesar 30-40%. Misalnya saja mengebor 10 sumur, yang keluar hanya 3 sampai 4 sumur saja. Sehingga tentu saja tidak mudah untuk mendapatkan sumber baru, dari segi teknis.

Materi Presentasi - SKK Migas_Page_09.jpg

Gambar 6. Variabel Biaya Industri Hulu Minyak dan Gas


Permasalahan lainnya adalah tren lokasi yang mulai mengarah di laut dalam. Awalnya penemuan minyak adalah di darat. Dengan cadangan di darat semakin habis, akhirnya tren penemuan cadangan minyak berada di laut dengan kedalaman kurang dari 200 meter. Selanjutnya dilakukan ekspansi di kedalaman antara 300-100 meter. Selanjutnya mulai mengarah di laut dalam, yaitu kedalaman lebih dari 1000 meter. Dengan kedalaman lebih dari 1000 meter diperlukan pengerjaan dengan modal dan resiko yang lebih tinggi.

CADANGAN MINYAK VS KEBUTUHAN


Cadangan minyak Indonesia terhadap dunia bisa kita lihat pada Gambar 4 dengan perkiraan 3.7 Miliar Barrel sedangkan cadangan gas adalah sekitar 103. 3 TCF (trilliun feet kubik). Berdasarkan Kementerian ESDM Direktorat Jendral Minyak dan Gas bumi, produksi Indonesia dapat dilihat di Gambar 7 berikut.

gerbang_313_3.jpg

Gambar 7. Produksi Minyak Bumi dan kondensat (2010-2014)


Pada periode tahun 2010 hingga 2014 terjadi penurunan produksi dengan rata-rata 10 persen per tahun. Di tahun 2014 produksi minyak total adalah sebesar 700 ribu barel per hari. Jika kita kalkulasikan secara sederhana bahwa dengan cadangan minyak sebesar 3.7 milliar barrel dibagi oleh total produksi tiap harinya adalah sebesar 700 rb barel per hari. Maka kita akan mendapatkan bahwa cadangan minyak kita akan habis pada sekitar 14 tahun lagi. Kebutuhan domestik untuk pasokan energi terus meningkat sejalan dengan perkembangan penduduk dan kebutuhan akan industri. Sehingga di Indonesia sangat tergantung dengan komoditi ini. Saat ini Migas tidak hanya sebagai bahan baku industri, akan tetapi menjadi multiplier efek seperti ketersediaan lapangan pekerjaan, stabilitas nasional politik.

Materi Presentasi - SKK Migas_Page_16.jpg

Gambar 8.Profil Produksi Migas Indonesia


Kondisi fakta di lapangan bahwa sumur-sumur di Indonesia kebanyakan adalah dari jaman Belanda. Pengoperasian pertama di Indonesia yang tercatat adalah tahun 1966. Pernah memasuki masa keemasan di tahun 1977 dengan produksi di atas 1, 6 juta Barel per hari. Kestabilan produksi migas hingga sampai tahun 1995. Setelah itu hingga sekarang masuk tahap penurunan (decline 10%-12%/tahun). Sejalan dengan kebutuhan dalam negeri meningkat, sehingga keperluan pasokan energi selain minyak, yaitu gas penting untuk dilakukan. Indonesia memiliki cadangan gas sebesar 103.3 TCF (Trilliun Cubic Feet) hingga kini tren produksi gas masih terus meningkat. Pengalihan produksi gas yang awalnya untuk kebutuhan ekspor, mulai digeser untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pemenuhan kebutuhan dalam negeri ditingkatkan menurut data rata-rata 9% sejak tahun 2003 sampai 2013. Setelah tahun 2013 volume gas untuk memenuhi kebutuhan domestik lebih besar daripada ekspor.

Materi Presentasi - SKK Migas_Page_15.jpg

Gambar 9.Peningkatan Pasokan Gas Untuk Memenuhi Kebutuhan Domestik

MIGAS SEBAGAI MULTIPLIER EFFECT


Komoditi Migas telah berpengaruh terhadap perekonomian suatu Negara. Migas tidak hanya sebagai bahan baku industri. Akan tetapi telah berpengaruh perekonomian suatu Negara. Negara sejahtera adalah Negara yang memiliki cadangan minyak yang besar. Sehingga sektor ekonomi meningkat berpengaruh terhadap kesejahteraan rakyatnya. Organisasi dunia untuk minyak dan gas OPEC dibentuk untuk menstabilkan dan menstandarkan harga minyak. Sehingga ketika harga minyak dunia tidak stabil dan turun akan berakibat perekonomian dunia. Termasuk Indonesia.

Materi Presentasi - SKK Migas_Page_29.jpg

Gambar 10.Multiplier Effect Industri Migas


Perubahan paradigma dalam memahami kebutuhan energy, yang saat ini masih dipasok oleh energi fosil. Walaupun ada beberapa yang dipasok oleh energi alternatif lainnya, dengan jumlah yang tidak signifikan. Migas sebagai salah satu lokomotif penggerak ekonomi nasional saat ini menciptakan sebuah pemahanam baru, yaitu kesejahteraan, lapangan pekerjaan, perekonomian. Walaupun pemahaman ini rentan terhadap kestabilan harga dunia. Tingkat inflasi dan perubahan harga minyak menyebabkan indeks biaya sektor hulu migas meningkat di semua wilayah dunia. Berdasarkan sumber WTRG Economics, Baker Hughes, Sierra 2013. Peningkatan biaya di sektor migas terjadi pula di Indonesia. Grafik didapatkan pada tahun 2008 pernah terjadi nilai tertinggi dalam kurun waktu tahun 2000 hingga tahun 2012 seharga 132 USD per barel.

Materi Presentasi - SKK Migas_Page_17.jpg

Gambar 11.Indeks Biaya di Sektor Hulu Migas

TANTANGAN ENERGY DUNIA DAN INDONESIA


Tantangan untuk Dunia dan indonesia salah satunya adalah faktor cadangan minyak. Saat ini kondisi lapangan hulu migas pada fase penurunan produksi (decline stage). Kebutuhan eksplorasi cadangan-cadangan baru mutlak diperlukan. Tren saat ini seperti dijelaskan sebelumnya adalah mengarah ke Deep water dan proyek-proyek migas akan mengarah ke timur Indonesia. Selain itu penemuan-penemuan baru nanti akan lebih didominasi oleh gas. Alternatif lain untuk menutupi kebutuhan energi telah dilakukan studi dan pengembanganya. Salah satunya adalah Coal Bed Methane akan tetapi belum signifikan.

Materi Presentasi - SKK Migas_Page_19.jpg

Gambar 12.Kondisi Terkini Lapangan Hulu Migas


Sebenarnya pada saat penurunan cadangan minyak tidak serta merta hilang cadangan minyak tersebut akan tetapi perubahan jumlah kandungan minyak terhadap pengotornya, yaitu air, pada tahap build up kandungan air maksimum 30% sehingga biaya untuk recovery produksi rendah, sebaliknya pada tahap decline kandungan air pada minyak mencapai 90% mengakibatkan tingginya biaya recovery.

.Materi Presentasi - SKK Migas_Page_20.jpg

Gambar 13.Perbandingan Minyak dan Pengotor (air) dalam Prosentase


Faktor lainnya adalah tidak berimbangnya jumlah produksi berbanding terbalik dengan konsumsi. Dengan produksi yang hanya berkisar 700 rIbU barrel per hari, dan konsumsi sekitar 1.6 juta barel per hari (sumber Gde Pradnyana, 2014). konsumsi Indonesia meningkat tiap tahunnya sebesar 8%. Sedangkan produksi tiap tahunnya turun sekitar 15-20%. Bagaimana kekurangan pasokan sekitar 900 ribu barel tiap hari? Maka jalan pintasnya adalah impor. Untuk menghindarinya maka perlu cadangan-cadangan minyak baru serta alternatif pasokan energi lainnya seperti gas, CBM (Coal Bed Methane), Panas Bumi, Gelombang laut, dan energi alternatif lainnya.


Gambar 14.Produksi VS Konsumsi


Faktor terakhir sebagai Tantangan Indonesia adalah program pemerintah untuk subsidi energi. Tercatat berdasarkan sumber Ditjen Anggaran Kemenkeu bahwa penerimaan negara dari sektor hulu migas tersebut dari sisi neraca APBN tergerus oleh belanja subsidi energi. Semenjak tahun 2012 belanja subsidi energi (BBM+listrik) lebih besar dari pendapatan hulu migas.


Gambar 15.Subsidi Energy


Permasalahan subsidi semenjak dulu telah menjadi sorotan. Dengan tujuan utama pengelolaan migas adalah pemanfaatan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka menjadi tantangan jika hasil dari migas tergerus oleh adanya subsidi tersebut. subsidi yang tepat sasaran adalah solusi tepat. Peran pemerintah sebagai pengatur kebijakan dan payung hukum perlu untuk ditingkatkan karena pelaksanaan subsidi yang tepat sasaran cukup sulit dilakukan di lapangan. Ini dibuktikan dengan masih banyak adanya pelanggaran yang dilakukan sehingga subsidi yang seharusnya untuk masyarakat yang membutuhkan menjadi tidak berlaku. Selain itu perlu adanya edukasi bagi masyarakat bahwa sebenarnya Indonesia tidak boleh terlalu bergantung pada satu sumber energi fosil minyak dan gas). Karena suatu saat akan terus mengalami penurunan produksi. Sehingga perlunya sebuah inovasi teknologi dari anak bangsa untuk membuat energi baru yang juga dapat diterapkan secara nasional untuk pemanfaatan sebesarnya bagi kemakmuran rakyat.


Siapkah Anak Bangsa Sebagai Pelopor Energi Terbarukan?

SUMBER:http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2015/02/27/lebih-dekat-dengan-industri-hulu-migas-704018.html

10 Negara Penghasil Minyak Terbesar di Dunia

Tags
10 Negara Penghasil Minyak Terbesar di Dunia – Minyak Bumi merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia modern saat ini.  Bahan Bakar untuk kendaraan bermotor (BBM) seperti Premium, Pertamax, Solar merupakan hasil olahan dari Minyak Bumi. Minyak Bumi yang diambil dari pertambangan Sumur Minyak sebelum diolah menjadi minyak yang kita kenal sekarang ini adalah berbentuk cairan kental dan berwarna coklat gelap atau berwarna kehijauan.  Minyak Bumi tersebut perlu diolah atau diproses lagi di perkilangan minyak sehingga menghasilkan berbagai jenis bahan bakar minyak seperti bensin, solar dan minyak tanah. Produk-produk lain yang juga merupakan hasil dari olahan Minyak Bumi adalah Aspal yang digunakan untuk Jalan Raya dan juga produk-produk plastik.
Meskipun telah banyak ilmuwan-ilmuwan yang mengembangkan berbagai alternatif pengganti, Minyak Bumi masih merupakan komoditas terpenting di dunia ini.
Berdasarkan Investopedia, Negara penghasil minyak terbesar di Dunia adalah Amerika Serikat dengan hasil produksinya sebesar 12,31 juta barrel per hari. Meskipun penghasil minyak Terbesar di Dunia, Amerika Serikat bukanlah anggota OPEC, karena hasil Minyak Bumi tersebut banyak dikonsumsi di dalam negaranya sendiri. Urutan kedua ditempati oleh Arab Saudi yang merupakan anggota OPEC dengan jumlah produksi 11,59 juta barrel per hari. Sedangkan Rusia menempati urutan ketiga dengan jumlah produksi minyak bumi sebesar 10,53 barrel per hari.

Daftar 10 Negara Penghasil Minyak Terbesar di Dunia

Berikut ini adalah Daftar 10 Negara Penghasil Minyak Terbesar di Dunia beserta jumlah produksi dalam barrel per hari atau disingkat dengan bbl/d (barrel per day).

1. Amerika Serikat

Produksi : 12,31 juta barel per hari
Benua : Amerika Utara
Keterangan : Bukan Anggota OPEC

2. Arab Saudi

Produksi : 11,59 juta barel per hari
Benua : Asia (Timur Tengah)
Keterangan : Anggota OPEC

3. Rusia

Produksi : 10,53 juta barel per hari
Benua : Asia dan Eropa
Keterangan : Bukan Anggota OPEC

4. China

Produksi : 4,46 juta barel per hari
Benua : Asia
Keterangan : Bukan Anggota OPEC

5. Kanada

Produksi : 4,07 juta barel per hari
Benua : Amerika Utara
Keterangan : Bukan Anggota OPEC

6. Uni Emirat Arab

Produksi : 3,23 juta barel per hari
Benua : Asia (Timur Tengah)
Keterangan : Anggota OPEC

7. Iran

Produksi : 3,19 juta barel per hari
Benua : Asia (Timur Tengah)
Keterangan : Anggota OPEC

8. Irak

Produksi : 3,06 juta barel per hari
Benua : Asia (Timur Tengah)
Keterangan : Anggota OPEC

9. Meksiko

Produksi : 2,91 juta barel per hari
Benua : Amerika Utara
Keterangan : Bukan Anggota OPEC

10. Kuwait

Produksi : 2,81 juta barel per hari
Benua : Asia (Timur Tengah)
Keterangan : Anggota OPEC
Sumber : Investopedia.com
Catatan : Jumlah Hasil Produksi diatas merupakan rata-rata barel per hari pada tahun 2013.