Nelayan Minta KKP Revisi Pembelian Solar Nonsubsidi

Tags
solar industri
Nelayan Kota Pekalongan, Jawa Tengah, meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KPP) merivisi peraturan terhadap kewajiban nelayan membeli solar nonsubsidi sebagai perbekalan mencari ikan di laut dan larangan penggunaan cantrang. Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kota Pekalongan, Rozak mengatakan Peraturan Presiden Nomor 191 tentang Larangan BBM bersubsidi bagi kapal di atas 30 GT dan Peraturan Menteri Kelautan Nomor 1 tentang Larangan Pengunaan Cantrang akan menyulitkan nelayan. "Kebijakan tersebut jelas mematikan nelayan. Oleh karena itu, kami mohon pada pemerintah meninjau kembali kebijakan dua peraturan itu," katanya, Jumat (3/4).
Menurut dia, jika para nelayan harus dipaksa menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar untuk industri jelas akan membebani biaya operasional nelayan karena mereka setiap kali melaut membutuhkan sekitar 30--40 grostone solar. "Apalagi di Kota Pekalongan sistemnya bukan gajian harian atau bulanan yang diterima nelayan berdasar bagi hasil. Jelas biaya operasional membengkak akan membuat penghasilan nelayan berkurang," katanya.
Pada kesempatan itu, Rozak minta kepada pemerintah dapat merealisasikan asuransi untuk nelayan karena kontribusi mereka terhadap pendapatan negara sudah relatif cukup tinggi. Hal itu, kata dia, bisa dilihat dari setiap lelang nelayan selalu menerima potongan dari uang lelang untuk disetorkan sebagai pajak.
"Kami juga mengeluhkan masalah alur sungai di Pelabuhan Kota Pekalongan. Ha ini menyebabkan kapal yang datang harus ditarik sehingga kami mohon ada dana setiap tahun yang dialokasikan untuk pengerukan muara sungai agar alur lancar," katanya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Perkapalan Indonesia Kota Pekalongan, Mofid, menambahkan permintaan para nelayan ini diharapkan didengar oleh pemerintah agar mereka dapat mencukupi kebutuhan keluarganya.
"Sekarang kami tanya, apa bedanya truk di darat dengan kapal di laut. Akan tetapi kenapa ada perbedaan perlakuan oleh pemerintah terhadap para nelayan," katanya.



sumber:http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/04/03/nm7ta4-nelayan-minta-kkp-revisi-pembelian-solar-nonsubsidi

Terobosan Pertamina: Solar Campur Air Jadi BBM Sepeda Motor

Tags
Indonesia telah menjadi negara importir bahan bakar minyak fosil. PT Pertamina tengah mengembangkan terobosan energi terbarukan, yaitu bahan bakar solar dicampur dengan air.  "BBM itu namanya Solar Emulsi, yaitu solar dengan campuran air. Kunci pencampurannya dengan surfactant," kata Vice President Research and Development PT Pertamina, Eko Laksono, di Jakarta, Senin, 18 Mei 2015.

Perbedaan berat jenis, ikatan kimia, struktur dan komposisi kimiawi solar dan air memerlukan agen pemersatu (surfactant) agar mereka bisa berikatan baik dan tetap memiliki kandungan energi. Ibaratnya, menyatukan minyak dengan air.




Ketika ditemui di Kantor Pusat Pertamina, di bilangan Gambir, Jakarta Pusat, ia menjelaskan, melalui proses pencampuran kesemua bahan itu maka akan dihasilkan jenis bahan bakar baru yang lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan solar konvensional.

"Kelebihannya jelaga tidak hitam. Jika dibandingkan dengan Solar48, opasitasnya di atas 15. Kalau Solar Emulsi ini kurang dari 10, emisinya rendah," ujar Laksono.  Saat ini terdapat dua produk utama dari hasil pengolahan Solar Emulsi tersebut yaitu, mikro dan makro, tuturnya.

Untuk Solar Emulsi mikro saat ini sudah memasuki tahap pengujian di lembaga afiliasi penelitian dan industri ITB dengan digunakan sebagai bahan bakar pada kendaraan bermotor hingga mencapai jarak 10 ribu km. "Untuk yang Solar Emulsi jenis makro saat ini di negara-negara maju sudah banyak digunakan sebagai bahan bakar," katanya.

Dia juga menyatakan, sasaran pasar Solar Emulsi ialah untuk sektor transportasi umum dan nelayan. "Kalau diuji pada hi-speed engine saja sudah lulus, sudah pasti untuk kelas med-low engine, di antaranya angkutan umum dan mesin tempel nelayan juga bisa," kata dia. Dia tidak mengungkap kisaran calon harga bagi Solar Emulsi itu, juga persyaratan spesifikasi mesin yang diperlukan agar Solar Emulsi itu sukses dipakai mesin.

Menurut Laksono, energi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. PT Pertamina juga memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan cadangan energi terbarukan sebagai sumber daya masa depan. "Selain mengembangkan, nanti Pertamina juga akan memproduksi dan menjual produk energi baru dan terbarukan," katanya.




sumber: http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/05/18/090667208/Terobosan-Pertamina-Solar-Campur-Air-Jadi-BBM-Sepeda-Motor

BBM solar campur air sudah diuji coba untuk 10.000 km

Tags

Bahan bakar minyak (BBM) yang tengah dikembangkan PT Pertamina yakni solar dicampur air, diklaim tak hanya aman tapi juga bagus untuk membersihkan mesin kendaraan bermotor. Pertamina menyebut sudah melakukan uji coba untuk eksperimennya kali ini.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan tahap awal uji coba untuk solar campur air dilakukan pada mesin berkecepatan sedang seperti genset. Setelah berhasil, bahan bakar tersebut diujicoba pada kendaraan mesin diesel milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
"Kemudian uji jalan menggunakan mesin ITB sejauh 10.000 km dan hasilnya bagus ketimbang dari solar biasa. karena solar biasa itu Cetane Numbernya 48, kalau dari solar campur air ini capai 65," ujar dia kepada merdeka.com di Jakarta, Jumat (22/5).
Dari hasil uji coba itu, emisi yang dikeluarkan dari BBM solar campur air ini sangat rendah sehingga cukup ramah terhadap lingkungan. Opasitas solar campur air di bawah 10 persen. Jauh lebih bagus ketimbang biodiesel yang mencapai 15 persen.
"Saat ini terdapat dua produk utama dari hasil pengolahan Solar Emulsi tersebut yaitu, mikro dan makro," kata dia.
Berbeda dari BBM solar campur air, untuk BBM dari bahan baku lumut hingga saat ini belum dilakukan uji coba. Untuk melakukan uji coba, BBM jenis ini harus diperbanyak.
"Kita kan baru mencoba untuk sample saja. Kalau bagus dari hasil uji baru kita bisa produksi lebih banyak. Produksinya kan juga harus gunakan lahan kering untuk budidaya," kata Wianda.
Menurut Wianda, kedua bahan bakar tersebut memang diproyeksikan untuk bahan bakar kendaraan bermotor.
"Kedua bahan bakar minyak ini diproyeksikan untuk alternatif bahan bakar kendaraan bermotor," katanya.

[noe]
sumber:http://www.merdeka.com/uang/bbm-solar-campur-air-sudah-diuji-coba-untuk-10000-km.html

DPR Minta Subsidi Solar Dinaikkan

Tags
Pembatalan kenaikan BBM cermin buruk

Kegalauan PT Pertamina yang membatalkan kenaikan bahan bakar minyak (BBM), mencerminkan buruknya koordinasi kebijakan di pemerintahan. Meskipun BBM yang akan dinaikan adalah bahan bakar khusus (BBK) atau non subsidi yang dibawah kendali pemerintah. 

Anggota Komisi VI, DPR RI, Bambang Haryo S, Sabtu 16 Mei 2015 mengatakan, kerugian yang terjadi di PT Pertamina saat ini adalah akibat inefisiensi yang dilakukan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Hal tersebut jangan dibebankan kepada masyarakat.

"Harga BBM yang semula akan naik, tiba-tiba dibatalkan, terlihat sekali bahwa pemerintah secara politik sangat buruk dalam melakukan koordinasi. Seolah olah didalam Pemerintahan ada matahari kembar,  yang satu pro rakyat, sedangkan yang lainnya menindas rakyat," ujarnya di Jakarta.

Untuk melindungi industri dan bisnis transportasi nasional, dia pun meminta, pemerintah meningkatkan subsidi solar yang diberikan. Sehingga, jika ada kenaikan harga minyak, dampak lanjutannya tidak dirasakan masyarakat. 

Sebagai informasi, pemerintah menerapkan skema subsidi tetap untuk solar Rp1.000 per liter. Apabila ada kenaikan harga minyak dunia, secara otomatis harga solar yang harus dibeli mengikuti kenaikan tersebut. 

Naiknya harga solar berdampak besar memicu kenaikan biaya produksi bagi industri, dan biaya operasional transportasi massal. Hal tersebut secara otomatis akan meningkatkan harga jual produk dan tarif transportasi. 

"Beban masyarakat akan semakin berat, sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat sebagai konsumen industri," katanya.

Apabila subsidi Solar bisa ditambah, dia meyakini, daya beli masyarakat dapat meningkat karena terjangkaunya produk dalam negeri. Kemudian masyarakat pengguna transportasi masal akan meningkat karena tarif transportasi murah.





sumber: http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/626534-dpr-minta-subsidi-solar-dinaikkan